KONTRIBUSI PARA FILOSOF MUSLIM
TERHADAP PEMIKIRAN BARAT MODERN
I.
PENDAHULUAN
Sebelum kita membahas judul di atas,kita terlebih
dahulu harus tahu apa itu filsafat.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan
konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.
Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa
dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi
yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Ciri-ciri berfikir filosfi :
1.
Berfikir
dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
2.
Berfikir
secara sistematis.
3.
Menyusun
suatu skema konsepsi, dan
4.
Menyeluruh.
Berikut adalah sedikit gambaran mengenai pengertian
filsafat.Kita yang duduk di bangku kuliah pasti sudah sering mendengar bahkan
mempelajarinya tentang filsafat ini.Mustahil anda tidak mengetahui apa itu
filsafat.Jadi,dalam filsafat ini kita harus memaksimalkan daya nalar dan daya
fikir kita untuk mencari sebuah kebenaran. Namun, dalam perjalanannya, nama ini telah diterima
sebagai salah satu cabang pengetahuan dalam Islam. Asal-usul nama filsafat juga
tidak lagi dipermasalahkan. Yang lebih ditekankan dalam filsafat Islam adalah ilmu tentang Wujud.Ibn Taymiyah juga tidak
keberatan dengan istilah falsafah ini, asal ditambah dengan predikat
al-shahihah. Maka, nama ini diterima sebagai ilmu tentang Wujud. Dan pada kenyataannya, apa yang dikaji dalam
filsafat pada umumnya diawali dengan pengkajian tentang Wujud ini.
II.
PEMBAHASAN
Kontribusi
pemikir filosof
muslim di dunia barat sangat besar sekali. Walaupun pemikaran Filsafat Islam
tidak bisa lepas dari filsafat yunani, hal ini terjadi karena pemikiran bangsa
arab banyak terpengaruh oleh bangsa sebelumnya yaitu, bangsa yunani. Memang
jika dilihat dari segi materi filsafat islam dan filsafat yunani memiliki
kesamaan, akan tetapi filsuf muslim tidak lepas dari Al-Qur’an dan As-Sunnah,
harus di ingat bahwa di tangan para filsuf muslimlah mencapai kedalaman dan
kesempurnaan pemikiran filsafatnya, seperti
pada abad XII diterjemahkan kitab Al-Qanûn karya Ibnu Sina mengenai kedokteran.Pada
akhir abad XIII diterjemahkan pula kitab
Al-Hawiy karya Ar-Razi yang
lebih luas dan lebih tebal daripada Al-Qanûn. Kedua buku ini hingga abad XVI
masih menjadi buku pegangan bagi pengajaran ilmu kedokteran di
perguruan-perguruan tinggi Eropa.
·
Al-Kindi
Konsep
Tentang Tuhan, Konsep Tentang Akal, Konsep Tentang Alam
Al-Kindi mengatakan bahwa Tuhan adalah wujud yang
haq (sebenarnya) yang tidak pernah tiada sebelumnya dan tidak akan pernah
tiada selama-lamanya, yang ada sejak awal dan akan senantiasa ada
selama-lamanya. Tuhan adalah wujud sempurna yang tidak pernah didahului wujud
yang lain, dan wujudnya tidak akan pernah berakhir serta tidak ada wujud lain
melainkan dengan peraturannya.
Akal
dapat mengetahui pengetahuan yang benar tentang realita tapi juga memiliki
keterbatasan akal untuk mencapai pengetahuan metafisis. Oleh karena itu
diperlukan adanya Nabi untuk mengajarkan hal-hal diluar jangkauan akal manusia
yang diperoleh dari wahyu Tuhan.
Berikut Persamaan Pendapat Al-Kindi dalam
bukunya tersebut dengan pendapat Einstein.
1. Menurut Al-kindi, Waktu, ruang, gerakan,
dan benda, semuanya relatif dan tidak absolut.
2. Jika ada gerakan, di sana perlu benda.
jika ada sebuah benda, di sana perlu gerakan.
3. Benda, waktu, gerakan, dan ruang tak hanya
relatif terhadap satu sama lain, namun juga ke objek lainnya dan pengamat yang
memantau mereka.
4. Meski setiap manusia tak terbatas dalam
jumlah dan keberlangsungan, mereka terbatas; waktu, gerakan, benda, dan ruang
yang juga terbatas.
Gagasan tersebut sama
dengan apa yang diungkapkan Einstein dalam teori relativitas umum dimana ia
menuturkan dalam La Relativite bahwa “Sebelum teori relativitas
dicetuskan , fisika klasik selalu menganggap bahwa waktu adalah absolut”.Sebagaimana dalam filsafat Yunani,
Al-Kindi juga mengatakan bahwa alam itu berubah-ubah. Substansinya berasal dari
substansi Allah. Hubungannya dengan Allah sama dengan hubungan cahaya dengan
matahari. Jadi konsepnya alam dan hakaikatnya adalah ciptaan Tuhan..
·
Metode
yang digunakan Al-Kindi dalam memperoleh pengetahuan
Ada
beberapa metode yang digunakan oleh Al-Kindi dalam memperoleh
pengetahuan, diantara lain :
1.
Indrawi
Pengertian indrawi adalah pengetahuan yang terjadi secara langsung ketika
orang mengamati serta meneliti objek-objek material. Pengetahuan
indrawi tidak memberi gambaran tentang hakaikat sesuatu realitas.
2.
Rasional
Metode
ini identik dengan konsep yang digunakan oleh aliran mu’tazilah, yang mengedepankan akal secara universal.
3.
Israq
Pengertian Israqi adalah pengetahuan yang langsung
diperoleh dari Nur Ilahi
·
Al-Farabi
Konsep
Tentang Tuhan, Konsep Tentang Akal, Konsep Tentang Alam
Tentang konsep Tuhan
Al-Farabi mengkolaborasikan konsep Arsitoteles dan
Plato, Kemudian dari masing-masing
pendapat diambil sesuai dengan pemikirannya. Al-Farabi mampu mengemukakan
konsepsi bahwa Allah itu ialah yang ada (Al-maujud) dan yang esa (al-wahid)
dalam waktu yang sama. Yang ada adalah
suatu bentuk sifat dalam konsepsi yunani yang merupakan inti dari filsafat
Arsitoteles, sedangkan yang esa adalah titik sentral filsafat plotinus
Menurut
Al-Farabi Ada 3 jenis akal. 1Pertama, Allah
sebagai akal maksudnya adalah Allah sebagai pencipta dan Esa
semutlak-mutlaknya, Maha sempurna dan tidak mengandung pluralitas. 2Kedua, akal
dalam filsafat emanasi, akal pertama Esa pada zat nya, tetapi dalam dirinya
mengandung keanekaan potensial. 3Ketiga, akal
sebagai daya berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia, akal jenis ini tidak
berfisik, tetap bertempat pada materi.Dalam masalah alam,Al-Farabi sependapat
dengan pemikiran Plato bahwa alam ini baru, yang terjadi dari tidak ada (sama
dengan pendapat Al-Kindi). Ide Al-Farabi tentang alam mirip suatu pengertian
alam akhirat pada dunia Islam.
Hellenisme adalah ajaran filosof yunani yang berada di luar wilayah
yunani.Hellenisme ini juga banyak memberikan pengaruh terhadap pemikiran
filsafat Islam.Sebab ketika islam menaklukan Mesir,Syiria,dan Baghdad,wilayah
tersebut sudah maju oleh peradaban Yunani,terutama pada masa Al-Ma’mun,Harun
Al-Rasyid dan Al-Amin.Mereka berusaha mengembangkan tradisi tersebut dengan
memberikan dorongan dan inisiatif yang cukup besar bagi perkembangan filsafat
dan Ilmu.
1. EMANASI
Emanasi adalah teori yang dikemukakan oleh Plotinus,yang terkenal
dengan sebutan aliran Neo-Platonisme.Prinsip aliran emanisme adalah tentang
munculnya banyak dari yang satu atau terjadi alam dari sumber yang
pertama.Dalam bahasa agama sering disebut penciptaan,yakni bagaimana Tuhan
menciptakan alam ini.Proses ini merupakan otomatis tanpa kehendak,bagaikan
munculnya panas dari api dan cahaya dari matahari.Al-farabi,filosof muslim yang
mendapat sebutan “guru kedua”,menguraikan teori emanasi secara lebih
rinci.Al-Farabi menggunakan teori Neo-Platonisme monistik dalam menguraikan
teori emanasi yang dalam bahasa Arab disebut Mazhariyat Al-Faidh(teori limpahan).Karena sesuatu yang sudah
sempurna akan melimpah,seperti halnya gelas yang diisi terus dengan air akan
melimpah,begitu juga Tuhan yang Maha Sempurna akan melimpah dari diri-Nya
kesempurnaan juga.
Proses terjadinya yang banyak dari yang satu,bagi
Al-Farabi memegang asas yang berasal dari yang satu pasti satu juga (la yafidhu’an al-wahid illa wahid).Munurut
asas itu,Allah Yang Maha Esa mustahil dapat melimpahkan secara langsung
beraneka ragam hasil emanasi,apalagi menciptakan aneka warna
ciptaan.Lebih-lebih alam semesta yang merupakan satu kesatuan yang bertingkat-tingkat.Urutan
tingkatan turun dari yang satu sampai yang banyak menurut proses mekanik
determinitis.Jadi dunia itu azali tanpa permulaan dan bukan ciptaan.
Menurut Al-Farabi,wujud terbagi menjadi dua rentetan:
1. Rentetan
wujud yang esensinya tidak berfisik ,termasuk didalamnya varitas yang tidak berfisik dan
tidak menempati fisik(Allah,akal pertama,’uqulal-aflak)
2. Rentetan
wujud yang bersifat,yakni
benda-benda langit,manusia,hewan,tumbuhan,benda tambang dan unsur yang
empat(air,udara,tanah,dan api).
Alasan
Al-Farabi mengemukakan teori emanasi tersebut adalah hanya bertujuan untuk
menegaskan akan Ke-Maha Esaan Tuhan.Karena tidak yang Esa berhubungan dengan
dengan yang tidak Esa atau banyak.Seumpama alam diciptakan secara langsung mengakibatkan Tuhan berhubungan dengan yang
tidak sempurna,dan ini menodai Ke-Esaan-Nya.Jadi,dari Tuhan Yang Maha Esa hanya
muncul satu,yakni akal pertama yang berfungsi sebagai perantara dengan yang
banyak.
2. JIWA
Jiwa dalam bahasa arab disebut dengan Nafs atau Ruh,sedangkan
dalam bahasa Inggris disebut soul atau spirit adalah unsur immateri dalam diri
manusia.Jiwa tidak dapat dipisahkan dari tubuh,beitu juga sebaliknya karena
tanpa salah satu dari keduanya,seseorang tidak dapat dikatakan manusia.Kendati
bahwa jiwa adalah unsur pokok dalam diri
manusia.Persoalan hakikat jiwa,hubungan jiwa dengan badan dan keabdian
jiwa tidak mudah dipecahkan.Karena itu,tidak heran para ahli
agama,filosof,sufi,dan psikolog sampai saat ini masih terus berusaha mengkaji
tentang eksistensi jiwa.Dalam kitab-kitab agama pun ungkapan jiwa termasuk
bahasan yang penting karena terkait dengan kepercayaan pokok,yaitu percaya akan
hari Kiamat,yang didalamnya terkandung makna kebdian jiwa.Ibnu
Miskawaih,filosof etika berpendapat bahwa jiwa adalah substansi sederhana,tidak
dapat diindera,jiwa bukanlah tubuh bukan juga bagian dari tubuh.
Kesimpulan
Dari
uraian-uraian yang telah dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
Para
filsuf Muslim memang tidak lepas dari para filsuf Yunani, mereka mengutipnya
yang sesuai dengan pendapat mereka, akan tetapi tidak lepas dari Al-Qur’an dan
As-Sunah sehingga tidak bertentangan dengan agama.
Para
filsuf Muslim banyak berguru kepada filsuf-filsuf Yunani, akan tetapi para
filsuf Muslim telah menghasilkan pemikiran-pemikiran yang berbeda dengan
filsuf-filsuf Yunani, baik tentang masalah ketuhanan, jiwa ataupun dalam
masalah-masalah yang lain.Bahwasannya
para filsuf Muslim telah memberikan kontribusi-kontribusi yang banyak terhadap
kemajuan barat.
Alam semesta raya ini selalu diselimuti
misteri. Kitab suci Alquran yang diturunkan kepada umat manusia merupakan
kuncinya. Allah SWT telah menjanjikan bahwa Al-quran merupakan petunjuk hidup
bagi orang-orang yang bertakwa. Untuk membuka selimut misteri alam semesta itu,
Sang Khalik memerintahkan manusia agar berpikir.
DAFTAR PUSTAKA
Jaelani Qadir.A.Filsafat Islam.Surabaya:Bina
Ilmu.
Hanafi Ahmad.Pengantar Filsafat
Islam:Bulan Bintang Jakarta.
0 Response to "makalah KONTRIBUSI PARA FILOSOF MUSLIM TERHADAP PEMIKIRAN BARAT MODERN "
Post a Comment