PBSI menargetkan dua titel dari All England sebelum turnamen bergulir. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menjadi tumpuannya.
Tapi dalam perjalanannya, mereka tak berhasil mencapai babak puncak. Tontowi/Liliyana terhenti di babak perempatfinal. Mereka dikalahkan pasangan Inggris Chris Adcock/Gabrielle Adcock 18-21, 16-21. Sementara Ahsan/Hendra disingkirkan pasangan veteran Malaysia Koo Kien Keat/Tan Boon Heong di babak kedua.
Ganda putri yang diharapan untuk sekali lagi membuat kejutan juga melempem. Pasangan Greysia Polii/Nitya Krishinda belum juga menunjukkan konsistensi dalam turnamen-turnamen yang diikuti. Menjadi unggulan kedua, mereka malah kandas di babak pertama usai dikalahkan pasangan nonunggulan asal Jepang, Naoko Fukuman/Kurumi Yonao, dengan skor 18-21, 21-23.
Para pemain pelapis di nomor ganda putra dan ganda putri tak menunjukkan kejutan. Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi, Berry Angriawan/Rian Agung Saputro, dan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, kalah di babak-babak awal.
Dua wakil ganda putri yang diturunkan harus menelan kekalahan di babak kedua. Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi kalah dari Christinna Pedersen/Kamilla Rytther Juhl, Denmark, sedangkan Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari dikalahkan pemain Korea, Jung Kyung Eun/Shin Seung Chan.
Sektor tunggal, baik putra dan putri, belum meninggalkan zona nyaman mereka. Tommy Sugiarto hanya sampai babak kedua usai dikalahkan pemain Jerman, Marc Zwiebler. Jonatan Christie juga tak bisa melanjutkan langkah usai kalah di babak pertama.
Linda Wenifanetri seolah puas dengan perolehannya di Kejuaraan Dunia. Dia, lagi-lagi, cuma bisa sampai babak kedua. Maria Febe Kusumastuti bahkan harus angkat koper lebih dini. Dia tak berkutik menghadapi unggulan pertama Carolina Marin di babak kedua.
Harapan untuk melihat juara di turnamen berhadiah total USD 550 ribu itu pun sempat meredup. Tapi, penampilan Praveen Jordan/Debby Susanto di semifinal menyulutkan asa kembali. Mereka berhasil mengalahkan unggulan pertama Zhang Nan/Zhao Yunlei 21-19, 21-16 dengan penampilan yang amat cemerlang.
Hasil positif itu sekaligus menjadi kemenangan perdana dalam delapan duel kedua pasangan itu. Praveen/Debby sekaligus membayar tuntas rentetan-rentetan kekalahan Tontowi/Liliyana atas Zhang Nan/Zhao Yunlei.
Praveen/Debby melanjutkan penampilan sip tersebut di babak final. Mereka menjadi penyelamat muka Indonesia usai menggulingkan pasangan Denmark, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen, dengan skor 21-12, 21-17 pada final yang bergulir 13 Maret.
Gelar itu menjadi titel pertama Praveen/Debby di ajang superseries. Selain itu, sukses tersebut sekaligus menjadi modal berharga Indonesia menuju Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro. Dengan catatan Praveen/Debby harus tetap berada di urutan delapan besar dunia agar PBSI bisa mengirimkan dua wakil ke Brasil. Olimpiade sendiri masih menyisakan sederet turnamen hingga akhir April nanti.
"Hasil ini jadi modal bagus menatap Olimpiade," kata Ketua Umum PP PBSI Gita Wirjawan, usai Praveen/Debby menjadi juara tadi malam.
detik.com
0 Response to "Indonesia punya harapan baru di dunia Badminton"
Post a Comment