JURUSAN DAKWAH
PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN) PONTIANAK
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi
merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya dalam kehidupan organisasi,
namun dalam kehidupan manusia secara umum. Komunikasi merupakan hal yang
esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama dengan
cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana sampai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara manusia
berkomunikasi secara drastis.
Komunikasi
tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan bentuk dari apa
saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang membenarkan hati, sikap badan,
ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama. Diterimanya pengertian yang sama
adalah merupakan kunci dalam komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu dengan
pengertian yang sama, maka yang terjadi adalah “dialog antara orang
satu”.
Komunikasi
juga dikatakan sebagai inti dari kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif dapat
dicapai melalui proses komunikasi yang dilakukan oleh pemimpin kepada
anggotanya. Visi pemimpin bisa saja bagus, namun tanpa komunikasi yang efektif,
maka visi tersebut tidak akan pernah bisa terwujud. Dalam mengkomunikasikan
visi, maka pemimpin harus bisa menyampaikan suatu gambaran di masa depan yang
mendorong antusiasme serta komitmen orang lain.
B. Pokok Permasalahan
Untuk memudahkan proses penjabaran dan penjelasan, makalah
ini memiliki beberapa rumusan masalah, yaitu :
1. Apa saja
hambatan-hambatan dalam komunikasi, dan
2. Pembagian
hambatan komunikasi itu sendiri
3. Apa saja yang menjadi hambatan
komunikasi?
4. Apa saja jenis-jenis komunikasi?
5. Mengapa komunikasi menjadi inti
kepemimpinan?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari
komunikasi dalam organisasi, proses komunikasi, apa saja hambatan
komunikasi, bagaimana mengatasi hambatan komunikasi, apa saja jenis-jenis
komunikasi, dan mengapa komunikasi menjadi inti kepemimpinan. Di samping itu,
makalah ini ditulis sebagai tugas kelompok pada mata kuliah Kepemimpinan
yang diberikan oleh dosen pembimbing.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau
Communis yang berartisamaataumenjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi
dengan orang lain, berartikita berusaha agarapa yang disampaikan kepada orang
lain tersebut menjadi miliknya.
Beberapa definisi komunikasi adalah:
1. Komunikasi adalah kegiatan
pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu dipahami bersama
olehpihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi(Astrid).
2. Komunikasi adalah kegiatan perilaku
atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan
(Roben.J.G).
3. Komunikasi adalah sebagai pemindahan
informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain (Davis, 1981).
Setiap kegiatan komunikasi, apakah komunikasi antarpersona,
komunikasi kelompok, komunikasi medio dan komunikasi massa sudah dapat
dipastikan akan menghadapi berbagai hambatan. Hambatan dalam kegiatan
komunikasi yang manapun tentu akan memengaruhi efektivitas proses komunikasi
tersebut. Pada komunikasi massa, jenis hambatannya relative lebih kompleks
sejalan dengan kompleksitas komponem komunikasi massa.
Setiap komunikasi selalu menginginkan komunikasi yang
dilakukannya dapat mencapai tujuan. Oleh karenanya seorang komunikator perlu
memahami setiap jenis hambatan komunikasi, agar ia dapat mengantisipasi
hambatan tersebut.
B.
HAMBATAN
PSIKOLOGIS
Hambatan komunikasi massa yang termasuk dalam hambatan
psikologis adalah kepentingan (interest), prasangka (prejudice), stereotip
(stereotype), dan motivasi (motivation). Disebut sebagai hambatan psikologis
karena hambatan-hambatan tersebut merupakan unsur-unsur dari kegiatan psikis
manusia.
a.
Kepentingan
(Interest)
Kepentingan atau interest akan membuat seseorang selektif
dalam menanggapi atau menghayati pesan. Orang hanya memperhatikan perangsang
(stimulus) yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Effendy (komala dalam
karlinah, dkk. 1999) mengemukakan secara gamblang bahwa apabila kita tersesat
dalam hutan dan beberapa hari tak menemui makanan sedikitpun, maka kita akan
lebih memperhatikan perangsang-perangsang yang mugkin dapat dimakan dari pada
yang lain-lainnya.
Andaikata dalam situasi demikian kita dihadapkan pada
pilihan antara makanan dan sekantong berlian, maka pastilah kita akan memillih
makanan. Berlian baru akan diperhatikan kemudian. Lebih jauh Effendy
mengemukakan, kepentingan bukan hanya memengaruhi perhatian kita saja tetapi
juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.
b.
Pransangka
(prejudice)
Menurut Sears, prasangka berkaitan dengan persepsi orang
tentang seseorang atau kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap
mereka (komala, dala Karlinah, dkk. 1999). Untuk memperoleh gambaran yang jelas
mengenai prasangka, maka sebaiknya kita bahas terlebih dahulu secara singkat
pengertian persepsi.
Presepsi adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, pada komala, dalam karlinah. 1999)
persepsi itu ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David
Krech dan Richard S. Crutchfield (komala, dalam Karlinah. 1999) menyebutkan
sebagai faktor fungsional dan faktor struktural.
Faktor personal atau fungsional itu
antara lain adalah kebutuhan (need), pengalaman masa lalu, peran dan status.
Jadi yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus, tetapi
karakteristik orang yang memberikan respon pada stimulus itu.
Faktor situasional atau struktur yang
menentukan persepsi berasal semata-semata dari sifat stimulus secara fisik.
Menurut Kohler, jika kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat
meneliti fakta-fakta yang terpisah; kita harus memandanganya dalam hubungan
keseluruhan. Untuk memahami seseorang, kita harus melihat dalam konteks, dalam
linkungan dan dalam masalah yang dihadapinya.
Pembahasan tentang persepsi sekalipun
singkat telah memberikan gambaran yang jelas, bahwa persepsi memang dapat
menentukan sikap orang terhadap stimulus (benda, manusia, peristiwa) yang
dihadapinya.
Pada umumnya prasangka dilakukan oleh
suatu kelompok masyarakat tertentu terhadap kelompok masyarakat lainnya karena
perbedaan suku ras dan agama. Seperti prasangka orang kulit putih terhadap
orang Negro di Amerika Serikat, Nazi terhadap orang Yahudi di Eropa. Prasangka
merupakan jenis sikap yang secara sosial sangat merusak.
Berkenaan dengan kegiatan komunikasi,
prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan bagi tercapainya suatu
tujuan.komunikasi yang mempunyai prasangka, sebelum pesan disampaikan sudah
bersikap curiga dan menentang komunikator. Prasangka seringkali tidak
didasarkan pada alasan-alasan yang objektif,sehingga prasangka komunikan pada
komunikator tidak ditujukan pada logis dan tidaknya suatu pesan atau manfaat
pesan itu bagi dirinya, melainkan menentang pribadi komunikator. Menurut
Effendy (Komala, dalam Karlinah. 1999), dalam prasangka,emosi memaksa kita
untuk menarik kesimpulan atas dasar prasangka tanpa menggunakan pikiran yang
rasional.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi
yang berupa prasangka yang ada pada komunikasi, maka komunikator yang akan
menyampaikan pesan melalui media massa sebaiknya komunikator yang netral, dalam
arti ia bukan orang yang kontroversial.
c.
Stereotip
(Stereotype)
Prasangka sosial bergandengan dengan
stereotip yang merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat
dan watak pribadi orang atau golongan lain yang bercorak negatif (Gerungan,pada
komala, dalam Karlinah, dkk. 1999). Stereotip mengenai orang lain atau itu
sudah terbentuk pada orang yang berprasangka, meski sesungguhnya orang yang
berprasangka itu belum bergaul dengan orang yang diprasangkainya.
d.
Motivasi
(Motivation)
Semua tingkah laku manusia pada
hakikatnya mempunyai motif tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang
melingkupisemua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri
manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu.
Gerungan menjelaskan,dalam
mempelajari tingkah laku manusia pada umumnya, kita harus mengetahui apa yang
dilakukannya, bagaimana ia melakukannya dan mengapa ia melakukan itu, dengan
kata lain kita sebaik-baiknya mengetahui know what, know how, dan know
why.dalam masalah ini, persoalan know why adalah berkenaan dengan pemahaman
motif-motif manusia dalam perbuatanya, karena motif memberi tujuan dan arah
pada tingkah laku manusia.
Seperti kita ketahui, keinginan dan kebutuhan masing-masing individu berbeda
dari waktu ke waktu dan dari tempat ketempat, sehingga motif juga berbeda-beda.
Motif seseorang bisa bersifat tunggal, bisa juga bergabung. Misalnya, motif
seseorang menonoton acara “seputar indonesia” yang disiarkan RCTI adalah untuk
memperoleh informasi
(motif tunggal), tapi bagi seseorang lainya adalah untuk memperoleh informasi, sekaligus juga pengisi waktu luang (motif bergabung).
(motif tunggal), tapi bagi seseorang lainya adalah untuk memperoleh informasi, sekaligus juga pengisi waktu luang (motif bergabung).
Contoh lain, seseorang menonton acara “Dialog Terbuka” yang disiarkan oleh ANTV
mengenai topik hukum memiliki motif tunggal karena sesuai dengan profesinya,
penonton lainya memiliki motif bergabung, yakni menambah wawasan dan pengisi
waktu luang. Atau mungkin ada juga penonton lainnya yang menonton acara
tersebut hanya karena tidak bisa tidur. Hal ini berlaku pula pada orang-orang
yang membaca media cetak, surat kabar atau majalah. Bagi seseorang yang khusus
menyediakan waktu untuk membaca surat kabar akan memiliki motif yang berbeda
dengan seorang lainnya yang membaca surat kabar atau majalah di ruang tunngu
dokter.
C.
HAMBATAN
SOSIOKULTURAL
a.
Aneka Etnik
Belasan ribu pulau yang membenteng dari
sabang sampai merauke merupakan kekayaan alam Indonesia yang tidak ternilai
harganya. Tiap-tiap pulau di huni oleh etnik yang berbeda. Pulau-pulau besar,
seperti pulau jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Papua terbagi menjadi
beberapa bagian, dimana tiap bagian memiliki budaya yang berbeda.
b.
Perbedaan Norma
Sosial
Perbedaan budaya sekaligus juga
menimbulkan perbadaan norma sosial yang berlaku pada masing-masing etnik. Norma
sosial dapat didefinisikan sebagai suatu cara, kebiasaan, tat krama dan alat
istiadat yang disampaikan secara turun temurun, yang dapat memberikan petunjuk
bagi seseorang untuk bersikap dan bertingkah laku dalam masyarakat (disarikan
dari Soekanto, 1982: 194).
Norma sosial mencerminkan sifat-sifat
yang hidup pada suatu masyarakat dan dilaksanakan sebagai alat pengawas secara
sadar dan tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya.
Mengingat beragam norma sosial yang
berlaku di indonesia, maka tidak tertutup kemungkinan terhadap pertentangan
nilai, dalam arti kebiasaan dan adat istiadat yang dianggap baik bagi suatu
masyarakat, dianggap tidak baik bagi masyarakat lainnya dan sebaliknya.
c.
Kurang Mampu
Berbahasa Indonesia
Keragaman etnik telah menyebabkan
keragaman bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Dapat dikatakan,
jumlah bahasa yang ada di indonesia adalah sebanyak etnik yang ada. Seperti
kita ketahui bersama bahwa masyarakat Batak memiliki berbagai macam bahasa
batak. Masyarakat di Papua, Kalimantan juga demikian keadaannya. Jadi sekalipun
bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang selalu kita ucapkan pada saat
memperingati sumpah pemuda, kita tidak dapat menutup mata akan kenyataan yang
ada, yakni masih masih adanya masyarakat Indonesia, terutama di daerah
terpencil yang belum bisa berbahasa Indonesia. Hal ini dapat menyulitkan
penyebarluaskan kebijakan dan program-program pemerintah.
Kita ambil contoh, suatu saat
pemerintah akan mengeluarkan kebijakan baru yang harus segera diketahui dan
dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.cara yang paling tepat dan cepat
untuk mengkomunikasikan pesan itu adalah melalui media massa ( radio siaran
,surat kabar, dan televisi). Sesuai dengan karaktristik media massa, dalam
waktu bersamaan pesan akan diterima oleh sejumlah besar komunikan. Masalah akan
timbul manakala komunikan tidak bisa berbahasa indonesia, atau kemampuan
berbahasa indonesianya minim. Ini berarti pesan tidak sampai pada mereka. Dalam
menanggulangi masalah ini, pemerintah akan menggunakan aparat setempat atau
para petugas penyuluh, atau para opinion leader untuk mengkomunikasikan kebijakan
dan program pemerintah dengan menggunakan bahasa daerah setempat.
d.
Faktor Semantik
Semantik adalah pengetahuan tentang
pengertin atau makna kata yang sebenarnya. Jadi hambatan semantik adalah
hambatan mengenai bahasa, baik bahasa yang digunakan oleh komunikator,
maupun bahasa yang digunakan oleh komunikan. Hambatan semantis dalam
suatu proses komunikasi dapat terjadi dalam beberapa bentuk.
Pertama, komunikator
salah mengucapkan kata-kata atau istilah sebagai akibat bebrbicara terlalu cepat.
Pada saat ia berbicara, pikiran dan perasaan belum terformulasika, namun
kata-kata terlanjur terucapkan. Maksudnya akan mengatakan “ demokrasi” jadi
“demonstrasi”; partisipasi menjadi “ partisisapi”; ketuhanan”jadi “kehutanan”,
dan masih banyak lagi kata-kata yang sering salah diucapkan karena
tergesa-gesa.
Kedua, adanya perbedaan makna makna dan
penegrtian untuk kata atau istilah yang sama sebagai akibat aspek psikologi.
Misalnya kata “Gedang”akan berarti”pepaya” bagi orang sund, namun
berarti “ pisang” menurut orang jawa. Sedangkan kata “pepaya” untuk orang jawa
adalah “ kates”.
Ketiga, adalah adanya
pengertian yang konotatf. Sebagaiman kita ketahui semantik pengetahuan mengenai
pengertian kata-kata yang sebenarnya. Kata-kata yang sebenarnya itu disebut
pengertain denotatif, yaitu kata-kata yang lazim diterima oleh orang-orang
dengan bahasa dan kebudayaan yang sama (Efendy, pada komala, dalam karlina,
dkk, 1999).
e.
Pendidikan
Belum Merata
Penduduk indonesia pada saat ini sudah
mencapai 200 juta jiwa dan tersebar diseluruh pulau dan Nusantar. Ditinaju dari
sudut pendidikan, maka tingkat pendidikan rakyat indonesia belum merata. Di
perkotaan, relatif banayak penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikan sampai
jenjang perguruan tinggi, tetapi di desa-desaterpencil, jangankan menyelesaikan
perguruan tinggi kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan dasar pun relatif
kecil. Ini adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari, namun amat disadari oleh
pemerintah, sehingga untuk menanggulanginya pemerintah telah mencanangkan
program pendidikan sembilan tahun.
f.
Hambatan
Mekanis
Hambatan komunikasi massa lainnya
adalah hambatan teknis sebagai konsekuensi penggunaan media massa yang dapat
disebut sebagai hamabatn mekanis. Hambatan mekanis pada media televisi terjadi
pada saat stasiun atau pemancar penerima mendapat gangguan baik secara teknis
maupun akibat cuaca buruk, sehingga gambar yang diteima pada pesawat televisi
tidak jelas, buram, banayak garis atau tidak ada gambar sama sekali.
D. HAMBATAN INTERAKSI
VERBAL
Devito, pada komala, dalam karlinah,
dkk. 1999, mengemukakan tujuh jenis hamabatan yang sering terjadi pada
komunikasi antara persona yang ia sebut sebagai baries to verbal interaction.
Dari ketujuh jenis hamabtan interaksi verbal tersebut beberapa pula diantaranya
dapat pula terjadi pada komunikasi mass, namun dengan sedikit perbedaan.
Apabila pda komunikasi antarapesona ahmbatan-hambatan itu dapat terjadi pada
pihak komunikator dan komunikan sekaligus secara bersama-sama atau
masing-masing, maka pada komunikasi massa hambatan tersebut pada umumnya
terjadi pada pihak komunika. Jenis-jenis hamabatan itu di antaranya adalah :
a.
Polarisasi
Polarisasi ( polarization )
kencenderungan untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan menguraikannya
dalam bentuk ekstrem, seperti baik atau buruk, positif atau negatif, sehat atau
sakit, pandai atau bodoh, dan lainlain. Kita mempunyai kecenderungan kuat untuk
melihat titik-titik ekstrem dan mengelompokkan manusia, objek, dan kejadian
dalam bentuk lawan kata yang ekstrem.
Diantara dua kutub atau dua sisi yang
berlawanan itu, sebagaian besar manusia atau keadaan berada di tengah-tengah.
Di antara yang sanagt miskin dan yang sangat kaya, kenyataannya lebih banyak
yang sedang-sedang saja. Di antara yang sangat baik dan sangat buruk, lebih
banyak yang cukup baik.
b. Oreintasi
Intensional
Oreintasi intensional ( intensional orientation ) mengcau
pada kecenderungan kita untuk melihat manusia, objek dan kejadian sesuai dengan
ciri yang melekat pada mereka. Orientasi intensio-nal terjadi bila kita
bertindak seakan-akan label adalah lebih penting daripada orangnya sendiri.
Dalam proses komunikasi massa, orentasi internasioal
biasanya dilakukan oleh komunikan terhadap komunikator, bukan sebaliknya.
Misalnya, seorang presenter yang berbicara dilayar televisi, dan
kebetulan wajah presenter tersebut tidak manarik ( kuarang cantik/ganteng ),
maka komunikan akan intensional menilainya sebagai tidak menarik sebelum kita
mendengar apa yang dikatakannya. Cara mengatasi oreintasi intensional adalah
dengan ekstensionalisas, yaitu dengan memberikan perhatian utama kita pada
manusia, benada atau kajadian-kejadian di dunia ini sesuai dengan apa yang kita
lihat.
c. Evaluasi Statis
Pada suatu hari kita melihat seorang komunikator X
berbicara melalui pesawat televisi. Menurut presepsi kita, cara berkomunikasi
dan materi komunikasi yang dikemukakan komunikator tersebut tidak baik,
sehingga kita membuat abstraksi tentang komunikator itupun tidak baik.
Evaluasi kita tentang komunikator X bersifat statis tetap seperti itu dan tidak
beruba. Akibatnya, mungkin selamanya kita tidak mau menonton atau mendengar
komunikator X berbicara. Tetapi seharusnya kita menyadari bahwa komunikastor X
dari waktu ke waktu dapat berubah, sehingga beberapa tahun kemudian ia dapat
menyampaikan pesan secara baik dan menarik.
d. Indiskriminasi
Indiskriminasi ( indiscrimination )
terjadi bila ( komunikan ) memusatkan perhatian pada kelompok orang, benda atau
kejadian dan tidak mampu melihat bahwa masing-masing bersifat unik atau khas
dan perlu diamati secara individual. Indiskriminasi juga merupakan inti dari
stereotip. Stereotip adalah gambaran mental yang menetap tentang kelompok
tertentu yang kita anggap berlaku untuk setiap orang ( anggota) dalam kelompok
tersebut tanpa memperhatikan adanya kekhasan orang bersangkutan. Terlepas dari
apakah stereotip itu positif atau negatif, masalah yang ditimbulkan tetap sama.
Sikap ini membut kita mengambil jalan pintas yang seringkali tidak tepat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas pemakalah dapat menyimpulkan Komunikasi
merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya dalam kehidupan
organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara umum. Komunikasi merupakan hal
yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama dengan
cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana sampai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara manusia
berkomunikasi secara drastis. Maka akan timbulah suatu hambatan-hambatan dalam
penyampaian pesan ini. yang mana hambatan-hambatan itu sangat mempengaruhi
seorang penyampai pesan. Manakalah hambatan itu ada akan menyembabkan proses
dalam komunikasi tidak efektif.
B. Saran
Pemakalah berharap dengan adanya makalah ini dapat dijadikan
panutan kita semua untuk menyampaikan pesan. mudah-mudahan dengan adanya
pengetahuan dari makalah ini akan membantu kita untuk memebrikan informasi
secara jelas dan dapat diterima oleh komunikan khususnya. Pemakalah juga
mengucapkan rasa maaf sebesar-besarnya jika ada penulisan yang tidak tepat
serta penjelasan yang belum rinci. Tidak lupa pula pemakalah meminta kritikan
dan saran kepada kawan-kawan semua terhadap makalah ini untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
0 Response to "makalah KPI Komunikasi Penyiaran Islam"
Post a Comment