BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ada dua aspek menarik dari
pengkajian sejarah kerajaan Shafawi pada
( 1501-1722 M ). Pertama, lahirnya kembali dinasti Shafawi adalah
kebangkitan kembali kejayaan Islam. Ketika Islam sebelumnya pernah mengalami masa
kecemerlangan. Kedua, dinasti Shafawi telah memberikan kepada Iran semacam
“Negara Nasional” dengan identitas baru, yaitu aliran Syiah yang menurut G.H.
Jansen merupakan landasan bagi perkembangan nasionalisme Iran Modern.
Menurut Sayid Amir Ali, kata
Shafawi berasal dari kata shafi, suatu gelar bagi nenek moyang raja-raja
Shafawi: Shafi Al-Din Ishak Al-Ardabily, pendiri dan pemimpin tarekat
Shafawiyah. Amir Ali beralasan, bahwa para musafir, pedagang dan penulis Eropa
selalu menyebut raja-raja Shafawi dengan gelar Shafi agung. Sedangkan menurut
P.M. Holt dan kawan-kawan, Shafawi berasal dari kata Shafi, yaitu bagian dari
nama shafi Al-Din Ishak Al-Ardabily sendiri.
Jatuhnya Kota Baghdad pada
tahun 1258 M, ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah,
tapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam,
karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan perandaban Islam yang sangat kaya
dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap di bumi hanguskan oleh
pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
B.
Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan di
bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Pada Masa
Bani Shafawi di Persia
b. Pertumbuhan dan Perkembangan Peradaban Islam Pada
Masa kerajaan Mongol
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Pada
Masa Dinasti Shafawi di Persia.
Kerajaan Shafawi berdiri
secara resmi di Persia pada 1501 M/907 H, tatkala Syekh Ismail memproklamasikan
dirinya sebagai raja atau syekh di Tabriz, demikian antara lain pendapat C.E.
Bosworth. Namun event sejarah yang penting inilah tidaklah berdiri sendiri.
Peristiwa tersebut berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dalam
rentang waktu yang cukup panjang, yakni kurang lebih dua abad. Waktu yang
hampir sama dengan usia kerajaan Shafawi sendiri. Selama masa itu, cikal bakal
Shafawi tumbuh lambat laun, tetapi pasti menuju zaman yang penuh dengan muatan
dan historis yang sangat penting.[1][1]
a)
Asal-Usul Kerajaan Shafawi di
Persia.
Pada waktu kerajaan Turki
Utsmani sudah mencapai puncak kejayaannya, kerajaan Shafawi di Persia masih
baru berdiri. Namun pada kenyataannya, kerajaan ini berkembang dengan cepat.
Nama Shafawi ini terus di pertahankan sampai tarekat safawiyah menjadi suatu
gerakan politik dan menjadi sebuah kerajaan yang di sebut kerajaan Shafawi.
Dalam perkembangannya, kerajaan Shafawi sering berselisih dengan kerajaan
Turki.
Kerajaan Shafawi mempunyai
perbedaan dari dua kerajaan besar Islam lainnya seperti
kerajaan Turki Usmani dan Mughal. Kerajaan ini menyatakan sebagai
penganut Syi’ah dan dijadikan sebagai madzhab
negara. Oleh karena itu, kerajaan Shafawi dianggap sebagai peletak dasar pertama terbentuknya negara Iran
dewasa ini .
Kerajaan Shafawi berasal dari
sebuah gerakan tarekat yang berdiri di daerah Ardabil kota Azerbaijan. Tarekat
ini bernama Shafawiyah sesuai dengan nama pendirinya Safi Al-Din, salah satu
keturunan Imam Syi’ah yang keenam “Musa al-Kazim”. Pada awalnya tarekat ini
bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar dan pada akhirnya memerangi
orang-orang ahli bid’ah Tarekat ini menjadi semakin penting setelah ia mengubah
bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat local menjadi
gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria dan Anatolia.
Dalam perkembangannya Bangsa
Safawi (tarekat Safawiyah) sangat fanatik terhadap ajaran-ajarannya. Hal ini
ditandai dengan kuatnya keinginan mereka untuk berkuasa karena dengan berkuasa
mereka dapat menjalankan ajaran agama yang telah mereka yakini (ajaran Syi’ah).
Karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah menjadi tentara yang
teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermazhab
selain Syiah.
b)
Peran dinasti Shafawi bagi
peradaban Islam.
Peran kesejarahan dinasti
Shafawi begitu besar. Hal ni dapat dilihat dari sisi kemajuan dan kejayaannya.
Kendati demikian,masa kemajuan kerajaan shafawi tidak lanagsung terwujud pada
saat dinasti itu berdiri di bawah Ismail, raja pertama ( 1501-1524 M ).
Kejayaan Shafawi yang gemilang baru dicapai pada masa pemerintahan Syaikh Abbas
yang agung ( 1578-1629 ) raja yang kelima. Walaupun begitu, peran Ismail
sebagai pendiri Shafawi sangat besar sebagai peletak pondasi bagi kemajuan
Shafawi di kemudian hari. Di samping telah memberikan corak yang khas bagi
Shafawi dengan menetapkan Syiah sebagai agama Negara, Syaikh Ismail juga telah
memberikan dua karya besar bagi negaranya, yaitu perluasan wilayah dan penyusun
struktur pemerintahan yang unik pada masanya.
c)
Wujud dan corak kemajuan
dinasti Shafawi.
a.
Kemajuan di bidang politik.
Pengertian kemajuan dalam
bidang politik disini adalah terwujudnya integritas wilayah Negara yang luas
yang dikawal oleh suatu angkatan bersenjata yang tangguh dan di atur oleh suatu
pemerintahan yang kuat serta mampu memainkan peranan dalam percaturan politik
internasional. Sebagaimana lazimnya kekuatan politik suatu Negara di tentukan
oleh kekuatan angkatan bersenjata, Syaikh Abbas I juga telah melakukan langkah
politiknya yang pertama, membangun angkatan bersenjata, Dinasti Shafawi yang
kuat, besar dan modern. Tentara Qizilbas yang pernah menjadi tulang punggung
dinasti Shafawi yang besar, pada masa awal di pandang syaikh Abbas tidak pernah
bisa di harap lagi. Qizilbas hanya menjadi semacam tentara nonreguler yang
tidak bisa diharapkan lagi untuk menopang citra politik Syaikh yang besar.
Untuk itu di bangun suatu angkatan bersenjata regular. Inti satuan militer ini
direkturnya dari bekas tawanan perang bekas Kristen di Georgia dan Circhasia
yang sudah mulai di bawah Persia. Syaikh Tahmasab ( 1524-1576 ) mereka di beri
gelar “ghulam”. Mereka di bina dengan pendidikan militer yang miitan dan
dipersenjatai secara modern. Sebagai pimpinannya, Syaikh Abbas mengangkat Allahwardi
Khan, salah seorang dari ghulam itu.
b.
Kemaujuan di Bidang ekonomi.
Kerajaan Shafawi masa syaikh
Abbas mengalami kemajuan di bidang ekonomi, terutama industri dan perdagangan.
Pada akhir abad ke-15 ( 1498 ) Vasco da Gama, seorang pelaut potugis menemukan
jalan ke Timur melalui Tanjung selatan di Afrika. Penemuan ini membuka fase
baru dalam perkembangan dunia perdagangan internasional. Bangsa Eropa sendiri
berlomba-lombaberlayar ke timur untuk memperebutkan daerah-daerah perdagangan
yang menguntungkan. Portugis pada akhir abad ke-16 telah menguasai paling tidak
tiga kota dagang yang terpenting di sekitar samudra Hindia, yaitu Hormuz di
Persia, Goa di India dan Malaka di Malaya.
c.
Kemajuan di Bidang Fisik Tata
Kota.
Ibu kota Shafawi ialah kota
yang sangat indah. Pembangunan besar-besaran di lakukan oleh Syaikh Abbas
terhadap ibu kotanya, Isfahan. Pada saat ia mangkat di Isfahan terdapat 1603
buah mesjid, 48 buah perguruan tinggi, 1082 buah losmen yang luas untuk
penginapan tamu-tamu khalifah dan 237 unit pemandian umum. Diantaranya yang
paling terkenal ialah Mesjid Syaikh yang mulai di bangun sejak 1611 M, Mesjid
Luthfullah yang dibangun pada 1603 M. Syaikh Abbas juga membangun istana megah
yang disebut Chihil sutun atau Istana Empat Puluh Tiang, sebuah jembatan besar
di atas sungai Zende Rudd an Taman Bunga Empat Penjuru.
d. Kemajuan di Bidang Filsafat dan Sains.
Pada masa dinasti Shafawi,
filsafat dan sains bangkit kembali di dunia islam, khususnya dikalangan
orang-orang Persia yang berminat tinggi pada pekembangan kebudayaan.
Perkembangan baru ini erat ikatannya dengan aliran Syiah yang di tetapkan
dinasti Syafawi sebagi agama resmi agama.
Dalam Syiah dua belas ada dua
golongan, yakni Akbari dan Ushuli mereka berbeda di dalam memahami ajaran
agama, yang pertama cendrung berpegang teguh kepada hasil ijtihad para mujtahid
Syiah yang mapan. Sedangkan yang kedua mengambil langsung dari sumber ajaran
Islam, Al-qur’an dan Al-hadits tanpa terikat kepada para mujtahid. Golongan
Ushul inilah yang paling berperan pada masa Syafawi. Di bidang teologi mereka
mendapat dukungannya dalam madzhab Mu’tazillah. Pertemuan kedua elemen kelompok
inilah yang berperan pada terwujudnya perkembangan baru dalam bidang filsafat
dan ilmu pengetahuan di dunia Islam yang kemudian dilahirkan beberapa filusuf
dan ilmuan[2][2].
d)
Kemunduran dan Kehancuran
Kerajaan Syafawi.
Sepeninggal Abbas I, Kerajaan
Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642
M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husein (1694-1722 M),
Tahmasp II (1722-1732 M) dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja
tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang,
tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada
kehancuran.
Raja Safi Mirza (cucu Abbas I)
juga menjadi penyebab kemunduran Safawi karena dia seorang raja yang lemah dan
sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Di lain sisi dia juga seorang
pencemburu yang akhirnya mengakibatkan mundurnya kemajuan-kemajuan yang telah
diperoleh dalam pemerintahan sebelumnya (Abbas I). Kota Qandahar lepas dari
kekuasaan kerajaan Safawi, diduduki oleh kerajaan Mughal yang ketika itu
diperintah oleh Sultan Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan Usmani.
Abbas II adalah raja yang suka
minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Sebagaimana Abbas
II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar
yang dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah. Ia
diganti oleh Shah Husein yang alim. Ia memberi kekuasaan yang besar kepada para
ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut
Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran
kerajaan Safawi adalah:
1.
Adanya konflik yang berkepanjangan
dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi yang bermadzhab Syi’ah
merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani, sehingga tidak pernah ada perdamaian
antara dua kerajaan besar ini.
2.
Terjadinya dekandensi moral
yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan Safawi, yang juga ikut mempercepat
proses kehancuran kerajaan ini. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik dan
menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun
ssmenyempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein.
3.
Pasukan ghulam (budak-budak)
yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi
seperti semangat Qizilbash. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan
mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal
rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap
lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
4.
Seringnya terjadi konflik
intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
Itulah antara lain yang
menjadi faktor keruntuhan kerajaan Syafawi. Factor lain adalah konplik yang
berkepenjangan dengan kerajaan Utsmani, dekadensi moral dikalangan
pembesar-pembesar kerajaan, dan juga konplik intern di kalangan mereka dalam
rangka memperebutkan kekuasaan.
Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :
1. Isma'il I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
6. Safi Mirza (1628-1642 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
10. Tahmasp II (1722-1732 M)
11. Abbas III (1732-1736 M)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ada dua aspek menarik dari pengkajian
sejarah kerajaan Shafawi pada ( 1501-1722 M ). Pertama, lahirnya kembali
dinasti Shafawi adalah kebangkitan kembali kejayaan Islam. Ketika Islam
sebelumnya pernah mengalami masa kecemerlangan. Kedua, dinasti Shafawi telah
memberikan kepada Iran semacam “Negara Nasional” dengan identitas baru, yaitu aliran
Syiah yang menurut G.H. Jansen merupakan landasan bagi perkembangan
nasionalisme Iran Modern.
Jatuhnya Kota Baghdad pada tahun 1258
M, ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah, tapi juga
merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad
sebagai pusat kebudayaan dan perandaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah
ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap di bumi hanguskan oleh pasukan Mongol
yang dipimpin oleh Hulagu Khan. Kehidupan. mereka berpindah-pindah mengikuti
wilayah taklukannya dibawah kepemimpinan seorang Khan. Khan yang pertama dari
bangsa Mongol itu adalah Yesugey, ayah Chinggis atau Jengis.
B.
Saran
Semoga makalah ini berguna
bagi pembaca terkhusus untuk penulis sendiri. Untuk itu kritik dan saran dari
pembaca Sangay penulis harapkan guna perbaikan makalah dimasa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Ajid, Thohir, 2004, Perkembangan
Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: P.T. RajaGrafindo.
Shiddiq, Nourouzzaman
H., Dr. 1989
Pengantar Sejarah
Muslim, Yogyakarta : Mentari MasaYogyakarta, Cetakan ke II,
Sunarto, Musyrifah. 2008. Sejarah Islam
Klasik . Jakarta:Prenada
Islam Media.
Yatim, Badri, 2006, Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta: P.T. RajaGrafindo Persada.
[1][1]Ajid Thohir, (Perkembangan Peradaban di
Kawasan Dunia Islam, Jakarta:P.T. Raja Grafindo, 2004) hal 166-167
0 Response to "makalah Sejarah Kerajaan Shafawi"
Post a Comment