MAKALAH
WACANA DALAM BAHASA INDONESIA
Diajukan
sebagai tugas mata kuliah
Bahasa
Indonesia
Dosen Pengampuh : Dona
Aji, M.Pd
Disusun oleh :
Muhammad Arief
Putra
1112043100003
FAKULTAS SYARI’AH
DAN HUKUM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya. Shalawat serts salam atas nikmat dan karunia yang tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir
zaman. Amin.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada bapak Dona Aji,
M.Pd selaku dosen pengampuh Bahasa Indoonesia, yang telah memberikan kesempatan
(lagi) kepada penulis untuk mengerjakan tugas tentang Wacana Bahasa Indonesia.
Tidak lpa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat diselesaikan.
Makalah yang mengenai wacana masih kurangnya isi dari
makalah kami ini mungkin dengan adanya kritik dan saran dari pembaca kami
sangat berterimakasih dan berlapang dada untuk menerima masukannya.
Tiada gading yang tak retak, maka saya akan berusaha
menggabungkan gading tersebut. pepatah dan tambahannya ini mewakili penulis
untuk meminta kritik dan saran bagi kesempurnaan makalah ini apabila terdapat
banyak kesalahan untuk menambah wawasan keilmuan penulis.
DAFTAR ISI
Cover sampul ........................................................................................................................ 1
Kata pengantar ...................................................................................................................... 2
Daftar isi ............................................................................................................................... 3
Penddahuluan ....................................................................................................................... 4
Pembahasan .......................................................................................................................... 5
Penutup ................................................................................................................................. 11
Daftar pustaka ...................................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam praktek berbahasa ternyata kalimat bukanlah satuan
sintaksis terbesar seperti banyak diduga atau diperhitungkan orang selama ini.
Kalimat atau kalimat-kalimat ternyata hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa
yang lebih besar yang disebut wacana bukti bahwa kalimat bukan satuan terbesar
dalam sintaksis, banyak kita jumpai kalimat yang jika kita pisahkan dari
kalimat-kalimat yang ada disekitarnya, maka kalimat itu menjadi satuan yang
tidak mandiri. Kalimat-kalimat itu tidak mempunyai makna dalam kesendiriannya.
Mereka baru mempunyai makna bila berada dalam konteks dengan kalimat-kalimat
yang berada disekitarnya.
Kalau kalimat itu adalah unsur pembentuk wacana, maka
persoalan kita sekarang apakah wacana itu, apakah cirri-cirinya, bagaimana
ujudnya, atau bagaimana pembentukannya. Berbagai macam definisi tentang wacana
telah dibuat orang. Namun , dari sekian banyak definisi yang berbeda-beda itu,
pada dasarnya menekankan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap.
Sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau
terbesar.
Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu
berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa
dipahami oleh pembaca( dalam wacana tulis) atau pendengar( dalam wacana lisan),
tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar,
berarti wacana itu dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi
persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya.
B. Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini memiliki beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian wacana itu?
2. Apa saja jenis wacana itu?
C. Tujuan Penulisan
Dalam
makalah ini ada pun tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui pengertian wacana,
memahami jenis wacana dan mengetahui persyaratan terben, tuknya wacana. Tujuan
penulisan ini juga untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pembaca.
Serta untuk malunasi tugas yg diberikan bapak dosen itu sendiri dan mendapatkan
ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian wacana
Wacana berasal dari bahasa Inggris “discourse” ,
yang artinya antara lain ”Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang
teratur dansemestinya.” Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran, baik
lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan
adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau
logis.
Wacana adalah satuan bahasa
yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal
tertinggi dan terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana
itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa
dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan)
tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar,
wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan
persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dapat dipenuhi kalau
dalam wacana itu sudah terbina kekohesifan, yaitu adanya keserasian hubungan
antara unsur-unsur yang ada dalam wacana sehingga isi wacana apik dan benar.
Istilah wacana mempunyai acuan yang lebih luas dari sekedar
bacaan. Wacana merupakan satuan bahasa yang paling besar di gunakan dalam
komunikasi. Satuan bahasa di bawahnya secara berturut-turut adalah kalimat,
frase, kata dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian bunyi merupakan bentuk kata.
Rangkaian kata membentuk frase dan rangkaian frase membentuk kalimat. Akhirnya,
rangkaian kalimat membentuk wacana.
Berikut ini
adalah pengertian
wacana menurut beberapa ahli
1) Hawthorn (1992) mengemukakan pengertian wacana merupakan
komunikasi yang terlihat sebagai sebuah pertukaran diantara pembicara dan
pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal dimana bentuknya ditentukan oleh
tujuan sosialnya.
2) Roger Fowler (1997) mengemukakan bahwa wacana adalah
komunikasi lisan dan tulisan yang di lihat dari titik pandang kepercayaan,dan
nilai.
3) Alwi dkk (2003) wacana adalah rentetan kalimat yang
menghubungkan proposisi satu dengan yang lain dan membentuk satu kesatuan.
B.
Jenis-jenis wacana
1. Jenis wacan berdasarkan saluran yang
digunakan dalam berkomunikasi dibedakan atas wacana tulis dan wacana lisan.
Wacana lisan berbeda dari wacana tulis. Wacana lisan cenderung kurang
terstruktur (gramatikal), penataan subordinatif lebih sedikit, jarang
menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frasa benda tidak panjang, dan
berstruktur topik-komen. Sebaliknya wacana tulis cenderung gramatikal, penataan
subordinatif lebih banyak, menggunakan piranti hubung, frasa benda panjang, dan
berstruktur subjek-predikat.
2. Jenis wacana berdasarkan jumlah peserta
yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi, ada tiga jenis wacana, yaitu wacana
monolog, dialog, dan polilog. Bila dalam suatu komunikasi hanya ada satu
pembicara dan tidak ada balikan langsung dari peserta yang lain, maka wacana
yang dihasilkan disebut monolog. Dengan demikian, pembicara tidak berganti
peran sebagai pendengar. Bila peserta dalam komunikasi itu dua orang dan
terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya),
maka wacana yang dibentuknya disebut dialog. Jika peserta dalam komunikasi
lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran, maka wacana yang dihasilkan
disebut polilog.
3. Jenis wacan jika dilihat dari sudut
pandang tujuan berkomunikasi, dikenal ada wacana narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, dan tambahan dari sumber yang lain yakni, wacana persuasi.
a) Narasi
Narasi
adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian
atau peristiwa. Narasi dapat berisi fakta, misalnya (biogragrafi/riwayat)
seseorang, otobiografi/riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri, atau
kisah pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi ekspositoris. Narasi
bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau rekaan seperti yang biasanya
terdapat pada cerita novel atau cerpen. Narasi ini disebut dengan narasi
imajinatif
Unsur-unsur penting
dalam sebuah narasi adalah:
1) Kejadian
2) Tokoh
3) Konflik
4) Alur/plot.
5) latar yang terdiri
atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Narasi diuraikan dalam
bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian secara kronologis (urutan
waktu). Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu,
selanjutnya, keesokan harinya, atau
setahun kemudian kerap dipergunakan.
Tahapan menulis
narasi, yaitu sebagai berikut.
·
Menentukan tema cerita
·
Menentukan tujuan
·
Mendaftarkan topik atau gagasan pokok
·
Menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan
secara kronologis atau urutan waktu.
·
Mengembangkan kerangka menjadi karangan.
b) Deskripsi
Kata deskripsi berasal
dari bahasa latin discribere yang berarti gambaran, Perincian
atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek
berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan pengalaman penulisnya. Tujuannya
adalah pembaca memperoleh kesan atau citraan sesuai dengan pengamatan,
perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah pembaca yang melihat,
merasakan, dan mengalami sendiri obyek tersebut. Untuk mencapai kesan yang
sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan kesan, fakta,
dan citraan.
Dilihat dari sifat
objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu sebagai berikut:
a. Deskripsi Imajinatif/Impresionis
ialah deskripsi yang menggambarkan objek benda
sesuai kesan/imajinasi si penulis.
Contoh deskripsi Impresionistis dalam sebuah
cerita:
“Aku tidak lagi berada di kamarku, tetapi di
suatu ruangan bersama-sama dengan sekelompok orang yang sama sekali
belumpernah kulihat sebelumnya. Bau asap tembakau memenuhiruangan itu, tapi tak
seorang pun yang kelihatan peduli.Kami semua duduk di kursi yang diatur
membentuk sebuahlingkaran, mirip dengan ruangan diskusi. Semua tampak
duduktenang, semua kelihatan sedang menulis, dan tidak seorang punyang
kelihatan peduli pada orang lain di ruangan itu.”
b. Deskripsi faktual/ekspositoris ialah
deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan logika atau
fakta-fakta yang dilihat.
Contoh deskripsi faktual dalam sebuah cerita:
Lantai tiga kamar nomor tiga-nol-lima. Benar,
ini dia kamar yang kucari; tanda pengenalnya tertera di pintu, agak ke
atas.Tepat di depan mataku, masih di pintu itu, ada sebuah kotak kecil warna
merah jambu. Sebuah note book kecil dijepitkan pada kotak itu, dengan
sebuah perintah dalam bahasa Inggris, Write
Your Massage! Pada note book itu kubaca pesan untukku,
”Masuk saja, Rat, kunci dalam kotak ini. Tunggu aku!”
Tahapan menulis karangan
deskripsi, yaitu:
I.
Menetukan obyek pengamatan
II.
Menentukan tujuan
III.
Mengadakab pengamatan dan pengumpulan data
IV.
Menyusun kerangka karangan
V.
Mengembangkan kerangka menjadi karangan.
c) Eksposisi
Kata eksposisi berasal
dari bahasa Latin exponere yang
berarti: memamerkan, menjelaskan atau menguraikan. Karangan
eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci
(memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas
pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada
karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar,
simposium, atau penataran.
d) Argumentasi
Karangan argumentasi ialah
karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang
disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis.
Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan
kebenaran pendapat pengarang. Karangan argumentasi dapat juga berisi tanggapan
atau sanggahan terhadap suatu pendapat dengan memaparkan alasan-alasan yang
rasional dan logis.
Tahapan menulis karangan argumentasi,
sebagai berikut.
a)
Menentukan tema atau topik permasalahan,
b)
Merumuskan tujuan penulisan,
c)
Mengumpulkan data atau bahan berupa:
bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung,
d)
Menyusun kerangka karangan,
Mengembangkan kerangka menjadi karangan
Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat
berpola sebab-akibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
1)
Sebab-akibat
a) Pola urutan ini bermula
dari topik/gagasan yang menjadi sebab berlanjut topik/gagasan yang menjadi
akibat.
2)
Akibat-sebab
b) Pola urutan ini dimulai
dari pernyataan yang merupakan akibatdan dilanjutkan dengan hal-hal yang
menjadi sebabnya.
3)
Urutan Pemecahan Masalah
Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang
menggambarkanmasalah kemudian mengarah pada pemecahan masalah.
e) Persuasi
Wacana persuasi bertujuan mempengaruhi penerima
pesan agar melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penyampai pesan. Untuk
mernpengaruhi ini, digunakan segala upaya yang memungkinkan penerima pesan
terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan
alasan yang tidak rasional.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wacana
adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau
logis. Dalam wacana setiap unsur-unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan.
Berdasarkan bentuk atau jenisnya, Wacana dibedakan menjadi wacana narasi,
deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi.
a. Narasi adalah cerita yang
didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat
berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif.
b. Deskripsi adalah karangan yang
menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan, dan
pengalaman penulisnya.
c. Eksposisi adalah karangan yang
memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan
tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya.
d. Argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap,
atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan
pernyataan-pernyataan yang logis.
e. Persuasi ialah wacana yang bertujuan mempengaruhi penerima pesan
agar melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penyampai pesan. Untuk
mernpengaruhi ini, digunakan segala upaya yang memungkinkan penerima pesan
terpengaruh
B. SARAN
Mahasiswa di tuntut untuk lebih dalam
mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia. Karena dengan itu dapat menambah
wawasan kita. Misalnya dalam pembuatan suatu wacana, kita
tidak keliru lagi. Lebih memahami unsur-unsur yang menyangkut tentang
wacana.
Daftar Pustaka
Alwi, hasan dkk 1988 tata bahasa bakau BAHASA INDONESIA, Jakarta. balai pustaka
0 Response to "makalah WACANA BAHASA INDONESIA"
Post a Comment